Selasa, 20 Januari 2009

Consumer Insight, Seberapa Pentingkah?

Sejauhmana kita kenal teman kita, sejauh itu pula kita bisa dengan mudah menghubunginya. Kita tau kapan dia udah tidur, kapan sedang pacaran dan kapan sedang free. Sehingga kalo pengen ngajak jalan, pinjem uang, nongkrong dll, kita tau waktu yang tepat. Selain itu, kita bisa pilih tema obrolan, pilih kasus buat curhat, soalnya kita tau selera dan kemampuan psikologisnya dalam mendengarkan keluh kesah... karena kenal dekat, maka jarang bikin kesalahan. Habis gimana lagi, kan udah tahu kalo gini dia suka, kalo gitu dia gak suka.... 
Begitulah manfaatnya kalo kita memahami consumer insight, kita kenal lebih dekat siapa si 'consumer' itu, seterusnya seperti teman kita tadi. Kita jadi tau apa yang dimaui dan gak dimaui dan seterusnya.... jadi mestinya penting banget.

3 komentar:

Andina Dwifatma mengatakan...

brati produsen ngikutin maunya konsumen? ada kemungkinan sebaliknya gak, mas?
aku tuh dari dulu bingung -- pasar itu menentukan atau ditentukan sih?

djoko setyabudi mengatakan...

Kasus sampurna A mild, rokok kita (hehe), pada awalnya gak ada kategori Sigaret Kretek Mesin Mild, tadi cuma ada SKM reguler (Djarum Super, GG Surya/Intl, dll), SPM (sigaret putih mesin) dan SKT (sigaret kretek tangan). Saat itu (1989an) rokok keren ya SPM, tapi rokok nikmat SKM atau SKT. nah dari riset Sampoerna, diketahui sebenarnya ada attitude & motivasi diri latent dalam diri perokok bahwa ingin tetap merokok namun juga tetap sehat. Maka tim merancang 'in between' produk yang saat itu belum ada kategorinya. SKM mild. Pada prakteknya, Sampoerna tetap melakukan edukasi pasar terutama diarahkan ke secondary dan tertiary target segmen. Saat itu sampai ada iklan khusus yang menjelaskan kandungan tar dan nikotin perbandingan antara SKM reguler, SKM mild dan SPM, yang dikaitkan dengan rasa. Jadi bisa kedua-duanya tergantung posisi awalnya deh.
Jadi kalo kemungkinan mendikte pasar ada, hajar saja.. misalnya pasar computer processor, yang selalu muncul dengan 'dua langkah lebih maju' bila diukur dengan kebutuhan user (mis 64 bit). Lalu mereka membuka kemungkinan para software developer untuk mengembangkan fitur dan tampilan yang mestinya belum dibutuhkan user, tapi akhirnya user menjadi butuh karena hal-hal non teknis, seperti seneng pamer dll. Lalu produsen processor keluarin yang lebih maju (128 bit kale..)... demikian seterusnya.
OOT dikit, ada temen krj di BUMN dipindah dari HQ Jkt ke Sorong, Papua. Minggu ke 2 aku tanya gimana keadaannya, katanya "wah gak ada cewek cantik". Bulan ke 7 aku tanya lagi, dia bilang, "wah udah ada nih yang cantik2". Aku tanya lagi, jadi sekarang banyak cewek cantik yang mau kerja di sana, eh dia jawab, "stock nya ya itu2 aja, cuma sekarang mulai keliatan canti". He..he... mau ngakak gak tega.

Anonim mengatakan...

susah juga ya ternyata jadi pemasar yang bener...

Dyah - Lampung