Minggu, 22 Februari 2009

Branding di Era 2.0 : Makin Pusing atau Makin Gampang?

Era 2.0 merujuk pada teknologi Web 2.0 (selanjut disebut 2.0 aja, capek ngetik) yang memiliki berbagai kelebihan dibanding generasi sebelumnya. 2.0 ini mampu melayani komunikasi antar user secara interaktif serta pertukaran informasi secara aman, selain itu juga memungkinkan berbagai sistem yang berbeda berjalan bersama. Perkembangan media internet ini demikian luar biasa pengaruhnya pada perilaku konsumen. Bayangkan saja, jutaan konsumen online dan tenggelam dalam interconected society yang world wide, serta interactive. 

Mari kita amati Facebook, whoaaaa.... setiap orang mengupdate statusnya tiap ia ingin melakukannya. Inne is waiting for someone loveable.... 2 minutes ago. Nah lo. Jeffri is bingung banget mana yang harus di pilih....3 hours ago. Lalu dengan jelas semua temannya bisa melihat siapa dia, apa saja kegiatannya, dengan siapa saja dia berteman dsb, dsb... Consumer insight? Ya, mereka sudah menceritakan tanpa ditanya. Narsis? Apa salahnya.

Lalu ada apa dengan mereka dan platform web 2.0? Perkembangan terakhir ini layak mendapat perhatian rekan-rekan pemasar dan pemerhati, betapa hubungan dengan konsumen bisa lebih dekat dan customize. Komunikasi massa yang massive, arogan karena tidak memberikan ruang dialog, menyamaratakan semua konsumen, hanya menyapa mereka yang termasuk dalam golongan terbesar dan meninggalkan minoritas atau varian. Konsumen menjadi sangat ekspersif, coba saja gunakan salah satu social network web dengan tidak selayaknya, mereka, konsumen pasti akan mengutuk, menyumpahi brand anda. Dan konsumen lain, akan ikut tahu tentang hal itu, lalu semakin banyak yang tahu, semakin banyak yang mengutuk.... hal ini hanya terjadi pada iklan paling keterlaluan di tv. 

Sisi menariknya adalah apabila tone and manner komunikasi ditepati, 2.0 adalah peta harta karun, karena menuntun pemasar ke pada konsumen dengan efektif dan efisien. Tertarik? Si 2.0 sudah merambah hp konsumen anda... kapan hp anda berdering membawa berita bahwa brand anda jadi Top Brand 2009?

Jumat, 20 Februari 2009

Caleg Vs Pembalut Wanita

Seorang wanita meninggalkan meja kerja dan laptop yang masih menyala, menyambar tas dan menghilang di balik dinding. Pulang? Meeting? Membolos? Tidak, dia menuju toilet untuk mengganti pembalut wanita. Dia sedang datang bulan. Mengapa saya tidak menggunakan kata 'maaf' ketika menyebutkan situasi ini seperti kebanyakan orang? Saya rasa tidak perlu karena kita bicara tentang hal-hal yang alami dan berkaitan dengan bisnis. Kembali ke wanita tadi, ia menyiapkan pembalut wanita di masa datang bulan. Kemanapun dia pergi dalam waktu yang diperkirakan agak lama, pasti akan membawa serta spare. Masa datang bulan wanita tentu tidak setiap saat. Tetapi sebulan sekali dalam rentang 5-10 hari. Konsumen wanita akan sangat aware dengan berbagai brand pembalut wanita, dan mereka memiliki brand favorit. Mereka begitu dekat dengan brand tersebut. Di sisi lain setiap brand berusaha menjadi semakin dekat dari waktu ke waktu dengan para konsumennya. Berbagai pesan lewat iklan atau lainnya, activations dan lain-lain. Para wanita menyadari bahwa mereka membutuhkan produk tersebut dan  sebaliknnya produk tersebut jarang mengecewakan. Kalau ada konsumen yang kecewa, biasanya keluhan itu masuk di surat pembaca, bukan di halaman berita.

Lalu bagaimana kedekatan Caleg dengan konstituennya? Tentu saja tidak sedekat pembalut wanita dengan wanita. Mari kita diskusikan situasinya. Seorang Calegtidak bisa berpromosi sepanjang tahun meski memiliki uang berlimpah. Ada masa kampanye yang membatasi. Di sisi lain, konstituen tidak merasa perlu memilih atau bila tidak memilihpun tidak beresiko. Repotnya, untuk memilih pun ada prosedur yang harus dipenuhi sejak beberapa waktu sebelum 'transaksi' berlangsung. Sedangkan jika ada penyelewengan seorang legestatif, bila dia incumbent, pasti sudah merebak di halaman-halaman media massa. Apalagi ditambah dengan surat terbuka kekecewaan oleh publik. Selain itu yang memperparah keadaan, kampanye Caleg sangat jarang diotaki oleh para pemasar tangguh. Biasanya hanya orang-orang terdekat dan kerabat, sehingga 80% pesan iklan Caleg terkesan kampungan (mengenai hal ini silahkan browse di internet).

Well, itulah kondisinya. Tulisan ini bukan ingin menyamakan Caleg dengan pembalut wanita, tapi justru keduanya benar-benar berbeda... namun ada persamaannya, yaitu sama-sama bertujuan mendapatkan pendukung/konsumen yang loyal.  Tantangan bagi caleg adalah bagaimana mereka menjadi dekat dengan konstituen seperti halnya pembalut wanita dengan para wanita. Dibutuhkan, dipercaya, diyakini, dan akhirnya mendapatkan loyalitas dari konstituen seperti halnya perasaan wanita pada pembalut wanita... Akhir kata, pembaca harus ingat benar bahwa Caleg bukan pembalut wanita, demikian juga sebaliknya. 


In Store Promo : Medan Perang Sebenarnya

Dhea sedang pulang kantor, lalu menuju ke hypermarket, di dalam tas sudah siap sehelai sobekan notes berisi shopping list yang harus dieksekusi. Mulai dari susu balita, makanan ringan, syrup, tissue, margarine, selai dan mie instant untuk persediaan di saat 'mendesak'. 

Masuk wilayah toko raksasa itu, seorang gadis menyapa dan menawarkan sebuah selai yang menarik warnanya, mereknya cukup dikenal meski bukan yang direncanakan oleh Dhea. Tapi ia berhenti sejenak ketika melihat potongan harga yang lumayan, 40% off jika membeli paket berisi 4 kemasan regular. Hmm... apa salahnya beli, toh tidak terlalu mahal. Dua paket selai berpindah tangan sebagai imbangan beberapa lembar uang kertas yang diangsurkan ibu satu anak ini. Dhea melangkah melewati pintu otomatis setelah menitipkan tas dan berjalan menyusuri lorong sambil mendorong trolly. Kali ini menuju ke shelf susu. Tapi sayang, susu yang dicari tidak ada di tempat. Dhea coba mencari di atas atau bawah, siapa tahu..... tak lama seorang gadis berpakaian putih dengan penutup kepala berwarna sama, dan berwajah cerah menyapa. Ia menanyakan apa yang sedang dicari Dhea, lalu ia ikut mencari... tidak ada, lalu gadis itu menawarkan produk pengganti. Dhea menolak, tapi gadis itu tetap menceritakan hal-hal yang akhirnya membuat Dhea berfikir sejenak, banyak yang diutarakan gadis di depannya benar... Oke lah, dia memasukkan sekaleng susu, yang beda dari biasanya. Toh mereknya juga terkenal, cuma enggak pernah coba aja.. begitu pikir Dhea... lalu ia meneruskan berjalan menyusuri lorong menuju ke shelf mie instan....

Tahukah Anda, apa yang dialami Dhea sebelum masuk ke toko raksasa itu? Dhea terbiasa dengan banyak merek yang secara regular dibeli dan dikonsumsi. Lalu mulai tadi malam, ibu muda itu menekuni sinetron yang disisipi oleh iklan susu A dan selai B, dia market leader, sekaligus brand yang biasa dikonsumsi Dhea. Sampai ngantuk iklan brand tadi selalu rajin menyapa. Malam berlalu, sebelum berangkat kantor, Dhea disapa kembali iklan brand yang sama di acara berita pagi. Sekilas membalik-balik harian pagi, iklan brand yang sama ramah menyapa di halaman 6. Ready! Mobil meluncur menuju kantor, radio on, iklan brand tadi meningkahi dua penyiar yang gila-gilaan mengumbar celoteh gokil. Sampai kantor, terbenam dalam angka-angka dan deretan pajak perusahaan. Break! Lunch... berita siang tentang dukun cilik di Jombang, break juga.. iklan brand tadi... balik lagi berita. Break is over... back to work. Teng! Go! Pulang, meluncur menuju hypermarket. Nah, selanjutnya adalah apa yang anda baca di atas.

So... hati-hati beriklan, jika tanpa memiliki jurus penyelesaian di medan perang sebenarnya, yaitu di outlet. Hitung saja berapa duit iklan ditebar untuk memastikan Dhea mengingat brand tadi. Tapi bujet segunung itu dengan mudah dirontokkan oleh gadis berwajah cerah yang mengungkapkan 'kebenaran' tentang produknya. Fieew... Anda Marcomm Manager? Hati-hati di rapat evaluasi bulan depan....

Sabtu, 07 Februari 2009

ReBranding : Jalan Bercabang

Seorang teman beberapa hari yang lalu ganti nama, cuma nama depan. Wih repotnya, kabar-kabar ke sana kemari. Komen berluncuran, dari yang bilang namanya pas, namanya kurang pas (mau bilang jelek, sungkan kali ya) sisanya menanggapi biasa aja... nah kenapa kok hal ini tidak pernah diributkan pas seorang anak bayi baru diberi nama?
Ya, bener! Namanya bayi kan belum ketauan pas atau gak nama itu, paling-paling komentarnya : wah kayak anak bule aja... atau artinya apa sih? 
Beda dengan orang yang ganti nama. Dia orang, kan udah punya track record... pernah nyolong, sering ngutil atau udah naik haji, dermawan dan lain-lain. Hal inilah yang menjadi penting diperhatikan ketika sebuah brand akan melakukan reBranding. 
Harus menjelaskan kembali semua dari awal pada stakeholders, terutama adalah potential dan existing consumer, bahwa saya dulu adalah X yang sekarang Y, saya sekarang gini-gitu dan lain-lain. Check the relevant case, IBM jadi Lenovo... dari made in USA jadi made in China, tapi tetep kuat, kokoh, reliable dan high performance.... 
Di akhir omongan, berapa duit ya buat reBranding? Banyak, tapi bisa semakin banyak jika tidak diurus dengan baik...
Kebayang gak temen saya tadi yang ternyata SMS atau email dikirim ke temen2 ternyata mencantumkan nama yang salah...

Kamis, 05 Februari 2009

Iklan Testemoni : Diantara Kejujuran dan Kebohongan Publik

Iklan testemoni dipakai banyak produsen, yang masih gress dan memiliki kasus besar sebelumnya adalah Oreo. Oreo dinyatakan mengandung melamin yang membahayakan kesehatan manusia, terutama anak-anak. Karena 4 minggu sebelum pernyataan itu keluar dari pemerintah, sejumlah 40 bayi di China (bahan2 Oreo dari China) dinyatakan terkena gagal ginjal karena susu yang mereka konsumsi mengandung melamin.
Nah, Oreo sekarang sedang beriklan dengan model testemoni, Ferdi Hasan bintangnya. Ferdi menyatakan bahwa Oreo bener2 aman, bahkan kedua buah hatinya pun diperbolehkan makan Oreo, karena sekarang Oreo memprosesnya secara seksama dan dipastikan aman.
Dari sini bisa ditarik kesimpulan, dulu Oreo asal-asalan, ceroboh dan tidak aman. Baru sekarang mereka memperbaiki diri setelah pasti sudah merusak ginjal (dalam level apapun) rakyat Indonesia... Lanjutannya, Ferdi sendiri dibayar untuk memberi testimoni keamanan Oreo, kalo ada kesalahan produksi dan lain2 dan produk tidak aman, apakah Ferdi bisa bebas dari dosa nyuruh orang makan makanan tidak aman... masalah hukum mungkin bisa dihadapi dengan Lawyer jagoan. Kalo Tuhan, gimana ya?
Masih banyak tuh artis yang mempertaruhkan nama dan kejujurannya pada sebuah merek yang membayarnya...