Mengenai frekuensi tayang, jangan ditanya, saingan dengan produk-produk Fast Moving Consumer Goods! Barangkali mereka mengira semakin tinggi frekuensi dan banyak versi iklan pasti mereka akan juga jadi Fast Moving! Kalau benar, bayangkan saja betapa fast mereka moving, dalam arti berapa banyak voter yang memilih mereka. Namun sebentar, apakah benar mereka ini telah dengan sangat meyakinkan telah bisa memenuhi needs dan wants voter sebagai konsumen?
Mereka menawarkan berbagai janji yang kalau diperhatikan mirip satu dengan yang lain, yaitu : Anda rakyat miskin akan saya jadikan lebih makmur, kuat beli ini dan itu. Pada saat orang sedang lapar dan pusing dengan semua harga yang sedang mendaki gunung, impian hidup enak pasti menarik. Namun kalau saja para konsultan komunikasi mereka mau mendalami benak para voter, mereka akan menemukan bahwa voters sekarang demikian cerdas dan sebagian ditambah dengan sifat pragmatis. Pertanyaan yang sering muncul adalah : gimana caranya dia bisa tepati janji? mana mungkin makmur, yang di atas belon brenti korupsi! Semua mah bilang geetoo pas kampanye! Bodo deh, yang penting uangnya berapa? Beragam, tapi apabila dicermati ada pemikiran kritis dan juga berfikir apa keuntungan buat dirinya. Tidak semua orang (bahkan banyak) yang tidak berfikir serius (high involvement) karena bisa jadi gak mau (karena berbagai macam hal), karena gak mampu (tidak cukup informasi yang dibutuhkan, tidak cukup kemampuan berfikir dll) sehingga terpaksa hanya mampu berfikir sambil lalu (low involvement). Bagi anggota masyarakat yang mampu berfikir serius, mereka akan mengevaluasi berbagai informasi yang telah mereka miliki (stock of knowledge) untuk memverifikasi stimuli dari luar (iklan capres).
Sementara itu, bagi yang tidak mampu, akan berpikir ala kadarnya (tidak serius) dan berusaha mencari clue untuk dijadikan alasan membuat keputusan. Nah di titik inilah para empu iklan berusaha menyentuh hati mereka dengan berbagai macam aspek audio dan visual. Maka lahirlah alasan mereka beradu romantis membujuk rakyat.
Pertanyaan yang menggelitik : kenapa ya mereka tidak terlebih dahulu merumuskan pikiran dulu dalam sebuah konsep country management yang ditawarkan yang mendasarkan pada ideologi yang jelas dalam sebuah buku, seperti para pendahulu kita (Soekarno, Hatta, Tan Malaka dll). Sebaliknya mereka adu keren lewat iklan. Mereka kira iklan adalah segalanya, padahal iklan hanya satu dari berbagai marketing communications tools aja kan...
1 komentar:
Saya tertarik pada pertanyaan di akhir paragraf: kenapa ya mereka tidak terlebih dahulu merumuskan pikiran dulu dalam sebuah konsep country management. Komentar saya adalah sepertinya tidak ada politikus kita yang saat ini ingin melakukannya. Menurut saya mereka sudah terjebak dalam pemikiran instant yang menurut mereka memang dapat dilakukan dengan alat yang namanya "marketing communication" tadi. Kalau diruntut memang Indonesia sendiri sebenarnya adalah negara yang menerima semua produk instant...dari makanan, barang, bahkan sampai pemikiran. Kalau dihubungkan dengan pemikiran instant yang saat ini sudah menguasai pemikiran orang-orang Indonesia coba saja hitung berapa orang Indonesia yang saat ini berhasil membuat theory? siapa orang Indonesia yang menjadi pencipta sesuatu yang berguna bagi masyarakat? Yaaa...sepertinya orang Indonesia hanya user dan bukan maker...kita hanya pengguna komputer, pengguna handphone, pengguna sepeda motor...dan biar tidak keluar jalur dari yang kita bicarakan sekarang yaitu kampanye politik maka politikus Indonesia masih dalam tarap pengguna ide...pengguna ide saja masih dalam tataran yang dangkal yang mencoba meniru gaya kampanye para pemimpin negara maju tanpa melaksanakan substansi yang sebenarnya. Kalau berbicara iklan kampanye Prabowo Subiyanto yang setidaknya tampil di tiga iklan, yakni di iklan Partai Gerindra, HKTI (Himpunan Kerukunan Tani Indonesia), dan APPSI (Asosiasi Pedagang Pasar Indonesia)...dia mencoba meniru gaya kampanye capres AS...cuma sayang hanya disitulah prabowo menyatakan pembelaannya pada rakyat, petani dan pedagang...tidak dengan cara lain yang lebih intelektual...apalagi seperti yang sudah dilakukan tan malaka. Namun kita tunggu yaa...mungkin ada sesuatu yang akan dilakukan prabowo selain iklan di TV yang instant tadi..!
Kalau Mas Jojo bilang voters sekarang demikian cerdas dan sebagian ditambah dengan sifat pragmatis...seberapa persen dari orang Indonesia yang seperti itu? jangan-jangan masyarakat indonesia juga masih senang berfikir instant dengan memilih para pemimpin dengan cara instant...kalah dengan politik uang...atau gampang banget terpengaruh sama iklan-iklan instant itu. Sebenarnya kalau boleh saya sedikit menganalisa...iklan Prabowo bisa dibilang lebih inovatif dibanding dengan iklan politikus lain...kesan itu muncul ketika dia membawa visi pembelaan kepada rakyat kecil dengan cara yang berbeda...dia menggunakan organisasi pedagang dan petani dan memberikan himbauan agar para petani dihargai ...misalnya...agar membeli hasil bumi petani, agar membeli barang - barang buatan dalam negeri..sebuat "janji berani" yang sepertinya belum diucapkan oleh politikus lain..ada kesan muncul jika iklan kampanye prabowo "cukup berisi" dari pada politikus yang mengatakan "coblos nomer 3" atau "pilih saya..." (sayangnya iklan bermodel seperti itu masih banyak ditemukan...apalagi menjelang pemilu nanti) kita liat nanti ... bener nd prabowo. Segini saja..wis ...mungkin kurang fokus yaa komentarku..met ngeblog terus maasss..
Posting Komentar